Manusia dengan kekurangannya,
orang bisa menerima kelebihan, karena kelebihan terasa manis, namun jarang bisa
menerima kekurangan, karena kekurangan itu pahit, memalukan, padahal di mana
ada kelebihan, di sana ada kekurangan, bila istri atau suami mempunyai
kelebihan, maka dia memiliki kekurangan, persis dengan Anda sendiri sebagai
suami atau istri. Bila Anda tidak menerima kekurangannya, adilkah bila Anda
menuntutnya untuk menerima kekurangan Anda?
Tidak ada manusia tanpa kekurangan, kesalahan dan kekeliruan termasuk Anda. Jika yang ada dalam pikiran Anda adalah kelebihan, bukankah hal yang sama juga ada dalam pikiran pasangan Anda? Jika yang ada dalam pikiran Anda adalah kekurangan, bukankah hal yang sama juga ada dalam pikiran pasangan Anda?
مَنْ ذَا الَذِى تُرْضَى سَجَايَاه كُلُّهَا
كَفَى بِالمَرْءِ نُبْلاً أَنْ تُعَدَّ مَعَايِبُهُ
Siapa gerangan yang seluruh sifatnya diterima cukuplah seseorang itu dianggap baik jika aib-aibnya terhitung.
Nabi shallallohu 'alaihi wasallam bersabda dari Abu Hurairah,
لاَيَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ.
“Hendaknya seorang mukmin tidak membenci seorang mukminah jika dia tidak menyukai satu perangainya niscaya dia menyukai yang lain.” Diriwayatkan oleh Muslim.
Dan secara umum, orang yang baik lebih banyak kelebihannya daripada kekurangannya, lalu mengapa mempersoalkan yang sedikit dan melupakan yang banyak? Allah berfirman, هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ [البقرة : 187] “Para istri adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka.” Al-Baqarah: 187. Pakaian berfungsi menutup apa yang tidak layak nampak, yaitu aurat, dan aib adalah aurat bagi seseorang, baik aib jasadi maupun aib akhlaki, suami patut menutupinya sebagaimana dia ingin aibnya ditutupi. Karena hubungan suami dengan istri adalah hubungan paling dekat, tanpa pembatas, maka dia paling mengetahui, otomatis dia paling patut menutupinya. “Barangsiapa menutupi aib seorang muslim maka Allah menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” Diriwayatkan oleh Muslim. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar