Mendidik Anak, Shalat, Tidak Sombong, Lunakkan Suara

Tidak ada seorang ayah memberi anaknya sesuatu pemberian yang lebih utama dari memberikan adab (didikan) yang baik. ( HR Tirmidzi)
 
Pendidikan untuk anak yang  pertama dan utama adalah mengenal ajaran Islam. Sebab, kehidupan yang baik akan diperoleh hanya jika dijalankan sesuai dengan nilai-nilai agama Islam. Ajaran Islam memberikan jawaban terhadap semua persoalan dalam kehidupan didunia untuk memperoleh kebahagiaan didunia dan diakhirat. Tidak ada solusi lain yang lebih baik.

Sejak dini, anak-anak perlu mengetahui hal-hal penting untuk dilakukan. Anak-anak patut memahami, bahwa dalam kehidupan ini ada kewajiban-kewajiban yang tak boleh diabaikan.
 
Suruhlah anak-anakmu shalat waktu berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya diwaktu berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka. ( HR Ahmad dan Abu Daud)
 
Apabila anak itu sudah bisa membedakan antara kanan dan kiri, maka suruhlah mereka mengerjakan shalat. ( HR Abu Daud)
 
Anak-anak juga perlu mengetahui perbuatan atau sikap yang tidak layak dilakukan.
 
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. ( QS Luqman 18)
 
Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara  ialah suara keledai. ( QS Luqman 19)

Hati-Hati dengan Hati

Apa itu Hati?
Apakah Hati itu sejenis benda yang terbuat dari kayu, lalu akan lapuk dimakan zaman atau akan rapuh karena digerogoti rayap?

Apakah Hati itu sebuah alat yang terbuat dari besi, yang jika kepanasan akan meleleh dan jika kedinginan akan membeku?

Apakah Hati itu seperti sendok garpu pisau yang terbuat dari stainless, ataukah seperti kawat yang akan berkarat ketika hidup sekarat?

Apakah Hati itu seumpama tulang belulang yang putih kusam dan rapuh ketika disentuh?

Apakah Hati itu seolah seonggok daging yang bisa saja membusuk jika kepanasan, atau menjadi bagus ketika di tempat dingin?

Apakah Hati adalah sebuah makhluk hidup yang punya urat nadi dan suatu saat akan mati?
Apa itu Hati? Terbuat dari apa? 

Dokter bilang, hati adanya di perut sebelah kanan bagian bawah. Berbentuk seperti gumpalan daging tapi berwarna merah jambu.

Untaian Kesabaran

Bayangkan gerak kesabaran itu sebagaimana sebuah pensil. Sebuah pensil akan sangat berguna dan siap untuk digunakan ketika ujungnya senantiasa runcing. Begitu pula kesabaran dalam diri kita, akan selalu siap menghadapi ujian dan akan selalu siap untuk bergerak kembali memikul tanggung jawab ketika senantiasa diasah. Bisa jadi ketika digunakan, pensil itu akan tumpul atau mungkin patah karena ter­lalu keras. Tapi dia tidak akan cepat patah ketika digunakan perlahan, tidak cepat rusak jika digunakan dengan hati-hati.
Begitu pula dengan kesabaran dalam diri kita. Kata "sabar" tidak berdiri sendiri sehingga mudah diungkapkan. Di dalamnya ada unsur perencanaan seperti arang yang sudah diformat sesuai panjang pensil, ada unsur kehati- hatian agar tidak lekas tumpul atau patah atau bahkan meruncingkan kembali. Karena kalau dalam meruncingkan tergesa-gesa, pada akhirnya bukan pensil yaig tajam yang didapat melainkan ketajaman dan cepat patah kembali. Ibarat manusia, bagi yang tergesa-gesa menuai hasilnya dia tidak akan mendapatkan buah yang optimal dari kesabar an tersebut.

Syair Pelembut Hati



Berikut ini adalah sebuah kutipan syair yang diriwayatkan di dalam buku karya Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah membuat Imam Ahmad menangis tersedu-sedu hingga hampir pingsan. Hal ini menunjukkan betapa lembut dan pekanya hati Imam Ahmad terhadap hal-hal yang mengingatkan manusia kepada Rabbnya, dosa-dosanya, dan kehidupan akhirat.

Jika Rabb-ku mengatakan kepadaku: “Tidak malukah kau bermaksiat kepada-Ku?!
Engkau menutupi dosa dari para makhluk-Ku, tapi malah dengan kemaksiatan kau mendatangi-Ku!”
Maka bagaimana aku menjawabnya, dan siapa yang mampu melindungiku…

Aku terus menghibur diri dengan angan-angan (dunia) dari waktu ke waktu…
Tetapi aku lalai dengan perihal setelah kematian, tentang apa yang dapat mencukupiku setelah itu…
Seolah aku akan hidup terus, dan maut tidak akan menghampiriku…

Ibu, Oase Cinta Yang Takkan Kering



“Makan malamlah bersama Ibumu hingga ia senang. Hal itu lebih aku senangi daripada haji sunnah yang kamu kerjakan.” (Al-Hasan bin Amr) 

Ibu, adalah representasi bidadari surga yang paling terang. Hatinya adalah oase cinta kehidupan yang menyejukkan, airnya bening dan tak pernah menemui kekeringan. Kasih sayang dan pelukannya adalah hembus angin kedamaian.

Dan bahkan para bidadari surga pun belum tentu mampu melakukannya. Dengan kesungguhan inilah, bahkan para bidadari pun akan mencemburuinya.

Ibu, benar-benar bidadari Surga yang Allah turunkan dengan segera. Maka, sampaikanlah kepadanya betapa kita mencintainya, dan berterima kasihlah atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya kepada kita. Semoga Allah mengampuni dosanya, memberkahi usianya, dan mengumpulkan kita kembali dalam surgaNya.


Kembali merinduimu..

Seakan ini semakin dekat..

Ya Allah, untuk merhargai sebuah perjumpaan...
Izinkan ketika kami berpisah, berpisah dengan cara yang baik, sehingga ketika kami kembali pada-Mu, kenangan terakhir yang ada adalah kenangan yang baik.
Semoga tertakdir kemaafan mereka atas segala dosa, salah, dan khilafku..

Bercerminlah dengan jujur !



"Aku khawatir terhadap suatu masa ,
yang roda kehidupannya dapat menggilas keimanan.
keimanan hanya tinggal pemikiran,
yang tidak berbekas dalam perbuatan.
Banyak orang baik tapi tak berakal
Ada orang berakal tapi tak beriman
Ada lidah fasih tapi berhati lalai
Ada yang khusyuk tapi sibuk dalam kesendirian
Ada ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis
Ada ahli maksiat rendah hati bagaikan sufi
Ada yang banyak tertawa
hingga hatinya berkarat
dan ada yang menangis karena kufur nikmat
Ada yang murah senyum tapi hatinya mengumpat
dan ada yang berhati tulus tapi wajahnya cemberut
Ada yang berlisan bijak tapi tak memberi teladan
dan ada pemaksiat yang tampil jadi figur
Ada orang punya ilmu tapi tak paham
Ada yang paham tapi tak menjalankan
Ada yang pintar tapi membodohi
Ada yang bodoh tak tahu diri
Ada yang beragama tapi tak berakhlak dan
ada yang berakhlak tapi tak berTuhan
Lalu di antara semua itu,
di manakah aku berada?"
(Ali bin Abi Thalib)