Segala
puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Jilbab,
apa sih manfaatnya? Banyak wanita yang menanya-nanyakan hal ini karena ia belum
mendapat hidayah untuk mengenakannya. Berikut ada sebuah ayat dalam Kitabullah
yang disebut dengan “Ayat Hijab”. Ayat ini sangat bagus sekali untuk
direnungkan. Moga kita bisa mendapatkan pelajaran dari ayat tersebut dari para
ulama tafsir. Semoga dengan ini Allah membuka hati para wanita yang memang
belum mengenakannya dengan sempurna.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ
لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ
جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ
غَفُورًا
“Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)
Apa Itu Jilbab?
Ibnu
Katsir rahimahullah menerangkan bahwa jilbab adalah pakaian atas
(rida’)[1] yang menutupi khimar. Demikian yang
dikatakan oleh Ibnu Mas’ud, ‘Ubaidah, Al Hasan Al Bashri, Sa’id bin Jubair,
Ibrahim An Nakho’i, dan ‘Atho’ Al Khurosaani. Untuk saat ini, jilbab itu
semisal izar (pakaian bawah). Al Jauhari berkata bahwa jilbab adalah “mulhafah”
(kain penutup).[2]
Asy
Syaukani rahimahullah berkata bahwa jilbab adalah pakaian yang
ukurannya lebih besar dari khimar.[3] Ada ulama yang katakan bahwa jilbab
adalah pakaian yang menutupi seluruh badan wanita. Dalam hadits
shahih dari ‘Ummu ‘Athiyah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang di
antara kami tidak memiliki jilbab.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lantas bersabda,
لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ
جِلْبَابِهَا
“Hendaklah
saudaranya mengenakan jilbab untuknya.”[4] Al Wahidi mengatakan bahwa pakar tafsir
mengatakan, “Yaitu hendaklah ia menutupi wajah dan kepalanya kecuali satu mata
saja.”[5]
Ibnul
Jauzi rahimahullah dalam Zaadul Masiir memberi keterangan
mengenai jilbab. Beliau nukil perkataan Ibnu Qutaibah, di mana ia memberikan
penjelasan, “Hendaklah wanita itu mengenakan rida’nya (pakaian atasnya).” Ulama
lainnya berkata, “Hendaklah para wanita menutup kepala dan wajah mereka, supaya
orang-orang tahu bahwa ia adalah wanita merdeka (bukan budak).”[6]
Syaikh
As Sa’di rahimahullah menerangkan bahwa jilbab adalah mulhafah (kain
penutup atas), khimar, rida’ (kain penutup badan atas) atau selainnya yang
dikenakan di atas pakaian. Hendaklah jilbab tersebut menutupi diri wanita itu,
menutupi wajah dan dadanya.[7]
Mengenakan Jilbab, Ciri-Ciri Wanita Merdeka
Dalam
ayat yang kita kaji saat ini, Allah Ta’ala memerintahkan kepada
Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memerintahkan para
wanita mukminat—khususnya para istri dan anak perempuan Nabi karena kemuliaan
mereka—yaitu supaya mereka mengulurkan jilbabnya. Tujuannya adalah untuk
membedakan antara para wanita jahiliyah dan para budak wanita.[9]
As
Sudi rahimahullah mengatakan, “Dahulu orang-orang fasik di Madinah
biasa keluar di waktu malam ketika malam begitu gelap di jalan-jalan Madinah.
Mereka ingin menghadang para wanita. Dahulu orang-orang miskin dari penduduk
Madinah mengalami kesusahan. Jika malam tiba para wanita (yang susah tadi) keluar
ke jalan-jalan untuk memenuhi hajat mereka. Para orang fasik sangat ingin
menggoda para wanita tadi. Ketika mereka melihat para wanita yang mengenakan
jilbab, mereka katakan, “Ini adalah wanita merdeka. Jangan sampai menggagunya.”
Namun ketika mereka melihat para wanita yang tidak berjilbab, mereka katakan,
“Ini adalah budak wanita. Mari kita menghadangnya.”
Mujahid rahimahullah berkata,
“Hendaklah para wanita mengenakan jilbab supaya diketahui manakah yang termasuk
wanita merdeka. Jika ada wanita yang berjilbab, orang-orang yang fasik ketika
bertemu dengannya tidak akan menyakitinya.”[10]
Penjelasan
para ulama di atas menerangkan firman Allah mengenai manfaat jilbab,
ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ
“Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal.” (QS. Al Ahzab: 59)
Asy
Syaukani rahimahullah menerangkan, “Ayat (yang artinya), ” Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal”, bukanlah yang dimaksud
supaya salah satu di antara mereka dikenal, yaitu siapa wanita itu. Namun yang
dimaksudkan adalah supaya mereka dikenal, manakah yang sudah merdeka, manakah
yang masih budak. Karena jika mereka mengenakan jilbab, itu berarti mereka
mengenakan pakaian orang merdeka.”[11]
Inilah
yang membedakan manakah budak dan wanita merdeka dahulu. Hal ini menunjukkan
bahwa wanita yang tidak berjilbab berarti masih menginginkan status dirinya
sebagai budak. Hanya Allah yang beri taufik.
Mengenakan Jilbab Lebih Menjaga Diri
Mengenai
ayat,
ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ
فَلَا يُؤْذَيْنَ
“Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak
di ganggu.” (QS. Al Ahzab: 59)
Syaikh
As Sa’di rahimahullah berkata, “Ayat di atas menunjukkan, orang yang
tidak mengenakan jilbab akan lebih mudah digoda. Karena jika seorang wanita
tidak berjilbab, maka orang-orang akan mengira bahwa ia bukanlah wanita ‘afifaat (wanita
yang benar-benar menjaga diri atau kehormatannya). Akhirnya orang yang punya
penyakit dalam hatinya muncul hal yang bukan-bukan, lantas mereka pun
menyakitinya dan menganggapnya rendah seperti anggapan mereka itu budak.
Akhirnya orang-orang yang ingin berlaku jelek merendahkannya.”[12]
Allah Maha Pengampun
Di
akhir ayat, Allah Ta’ala katakan,
وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
“Dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59). Ibnu
Katsir rahimahullah berkata, “Allah Maha Pengampun dan Penyayang
terhadap apa yang telah lalu di masa-masa jahiliyah, di mana ketika itu mereka
(para wanita) tidak memiliki ilmu akan hal ini.”[13]
Artinya,
bagi wanita yang belum mengenakan jilbab, Allah masih membuka pintu taubat
selama nyawa masih dikandung badan, selama malaikat maut belum datang di
hadapannya.
Jangan Lupa untuk Dakwahi Keluarga
Dakwahi
keluarga untuk berjilbab dan menutup aurat, itu yang seharusnya jadi skala
prioritas. Lihatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja
diperintahkan untuk memulainya dari istri dan anak-anak perempuannya sebelum wanita
mukminat lainnya sebagaimana perintah di awal ayat.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ
لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ
“Hai
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin”
Hal
ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
(QS. At Tahrim: 6)
Ya
Allah, bukakanlah hati keluarga dan kerabat kami yang belum berjilbab
untuk segera berjilbab dengan sempurna.
Segala
puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
[1] Rida’ dan Izar adalah pakaian
seperti ketika berihrom. Rida’ untuk bagian atas, ihrom untuk bagian bawahnya.
[2] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir,
Muassasah Qurthubah, 11/242.
[3] Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At
Tafasir, 6/79.
[4] HR. Muslim no. 890.
[5] Fathul Qodir, 6/79.
[6] Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi, Mawqi’ At
Tafasir, 5/150.
[7] Taisir Al Karimir Rahman, ‘Abdurrahman
bin Nashir As Sa’di, Muassasah Ar Risalah, hal. 671.
[9] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/242.
[10] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/243.
[11] Fathul Qodir, 6/79.
[12] Taisir Al Karimir Rahman, hal. 671.
[13] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11/243.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar