Kata Tauhid berasal
dari bahasa Arab, bentuk masdar dari kata wahhada yuwahhidu yang secara
etimologis berarti keesaan. Yakni percaya bahwa Allah SWT itu satu. Dengan demikian
yang dimaksudkan tauhid di sini, tidak lain adalah tauhidullah (mengesakan
Allah SWT). Jadi pernyataan atau pengakuan, bahwa Allah SWT itu esa (satu): LAA
ILAAHA ILLALLAH (tiada Tuhan selain Allah)
Allah SWT memerintahkan agar kita memeluk ajaran atau agama tauhid. "Sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku." (QS. 21 /Al-Anbiya:92) Para nabi dan rosul juga mewasiatkan ajaran tauhid. "Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’kub, ketika dia berkata kepad anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrohim, Ismail, dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Mahaesa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya." (QS. 2/Al-Baqoroh: 133)
Nabi Isa as. yang dijuluki Yesus Kristus juga membawa ajaran tauhid. Hal ini disebutkan dalam semua kitab Injil. Dalam Injil Yahya ps. 17 ayat 3 disebutkan secara gamblang: "Inilah hidup yang kekal, yaitu agar mereka mengenal Engkau, Allah yang Esa dan benar dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu".
Juga dalam Injil markus ps. 12 ayat 28-32 tersurat percakapan Nabi Isa as. dengan seorang muridnya ahli Taurat yang menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa. Lebih jelasnya kami kutipkan ayat- ayatnya di sini:
28)
|
Maka datanglah seorang ahli Taurat;
setelah didengarnya bagaimana mereka itu berbalah-balah sedang diketahuinya
bahwa Yesus telah memberikan jawab yang baik, lantas ia menyoal pula,
katanya; "Hukum yang manakah dikatakan yang terutama sekali?"
|
29)
|
Maka jawab Yesus kepadanya;
"Hukum yang terutama inilah: Dengarlah olehmu hai Israil, adapun Allah
Tuhan kita ialah Tuhan Yang Esa"
|
30)
|
Maka hendaklah Engkau mengasihi
Allah Tuhanmu dengan sebulat-bulat hatimu dengan segenap jiwamu, dengan
sepenuh akal budimu dan dengan segala kuatmu.
|
31)
|
Dan yang kedua inilah :
"Hendaklah Engkau mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Maka tiada hukum lain yang lebih besar daripada kedua hukum ini."
|
32)
|
Lantas kata ahli Taurat itu
kepadanya : "Ya Guru amat benarlah segala kata Guru, bahwa Allah itu
Esa adanya dan tiada yang lain melainkan Allah."
|
Jika begitu siapakah yang merubah ajaran Nabi Isa? Bagaimanakah asal-usul penuhanan Isa Almasih dalam agama Kristen? Orang yang pertama kali merubah ajaran Isa as adalah Saul, seorang Yahudi. Dalam masalah ini, Dedy Suardi dalam bukunya Vibrasi Taudih (cet. I, Remaja Rosdakarya, Bandung : 1993) mengkisahkannya secara menarik.
Oknum yang paling merusak ajaran Tauhid yang disyiarkan Nabi Isa as ialah seorang bangsa Yahudi bernama Saul keturunan Benyamin yang dikenal dengan Paulus. Gemblengan hidup ala Romawi dan asahan pikir a k Yunani telah menumbuhkannya menjadi manusia raigedeg yang doyan mengubah-ubah kebenaran. Dia pribadi adalah penganut paham Farisi (Farusyn) yang amatfanatik, yaitu paham yang dicetuskan oleh golongan yang amat anti kepada ajaran Nabi Isa as. Tatkala Nabi Isa menyiarkan pengajarannya, Paulus yang termasuk penentang yang paling kejam dan keras. Bahkan tatkala Isa Almasih takada lagi di Palestina, Pauluslah yang menangkapi dan membasmi para pengikut Almasih yang lari dari Damsyik.
...Dengan penuh daya tipu, Paulus berusaha meyakinkan
orang-or- ang Nasrani yang didatanginya bahwa ia telah memeluk agama Nasrani.
Tatkala orang-orang Nasrani bertanya kepadanya: "Mengapa Tuan datang ke tempat kami, padahal kami telah tahu bahwa tuan amat benci pada pengajaran yang kami anut?"
Saul (Paulus) mengibul bahwa tatkala dia pergi ke Damsyik dia telah melihat di tengah hari cahaya memancar dari langit yang membuat ia gemetar. Kemudian didengarnya suara dari langit: Wahai Saul, apa sebab engkau aniaya aku, engkau lawan murid-muridku.. .sebenarnya akulah yang engkau aniaya!" lantas aku menyahut: "Siapakah engkau ini, ya Tuhan?" Maka terdengarlah olehku suara sabda Tuhan: "Akidah Yesus yang engkau aniaya itu. Sukarlah bagimu sekarang ini menghindarkan dosal".
Selanjutnya Saul mengibul di antara orang-orang Nasrani yang bengong mendengar kibulan Saul. "Aku segera kembali dari Damsyik dengan sadar dan bertaubat dan terus menuju tempat ini guna bergabung dengan kalian!".
Mula-mula kelompok Nasrani tak suka bahkan tak percaya omongan Paulus, namun berkat kepintarannya berbicara dan bergaul dengan mereka, akhirnya kelompok Nasrani itu menaruh kepercayaan penuh kepada Paulus.
Dalam penyusupannya yang rapi itu Paulus mendalami agama Nasrani secara mendalam seraya ditablighkannya kepada khalayak, bukan saja di Palestina, namun hingga ke negeri jauh seperti Antiogia, bahkan sampai ke negeri Roma.
Selanjutnya, setelah orang banyak menganggap Paulus benar-benar seorang pendeta tulen yang bertugas menyampaikan ajaran Almasih, secara bertahap disisipkanlah perubahan-perubahan ke dalam agama Nasrani yang ia tablighkan. Sisipan itu di antaranya ialah sebuah pengukuhan bahwa Isa Almasih itu bukan manusia biasa, namun anak Tuhan! Dan Paulus tak kepalang mengibul, dengan menandaskan bahwa tujuan utama Isa Almasih diturunkan ke bumi ialah untuk menebus dosa Nabi Adam dan Siti Hawa serta segenap keturunannya.
Akan tetapi pengertian "anak Allah", menurut Isa Almasih sendiri, bukan dalam arti yang sebenarnya. Sebab Allah SWT tidak beranak dan tidak peranakkan. Arti "anak Allah" tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam Injil, hanyalah sebutan bagi mereka yang mendamaikan sesama manusia. Tersurat dalam Injil
Matius Fasal V:3 ayat (9) "Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang, karena mereka itu akan disebut anak-anak Allah".
Nabi Muhammad Rosulullah saw. juga diutus untuk menyampaikan ajaran tauhid kepada seluruh umatnya. Katakanlah (Muhammad)/’Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya." (QS. 72/Al-Jinn: 20) Katakanlah (Muhammad), "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya." (QS. 112/Al-Ikhlas: 1-4)
Ajaran tauhid tidak saja wajib dipelajari, melainkan juga harus diyakini dan dihayati dengan benar. Berpegang-teguh pada ajaran tauhid akan melahirkan keyakinan, bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah SWT, dan dalam urusan- Nya serta akan kembali kepada-Nya. Ajaran tauhid ini sangat positif bagi hidup dan kehidupan, sebab tauhid mengandung sifat-sifat:
Melepaskan
jiwa manusia dari kekacauan dan kegoncangan hidup yang dapat membawanya ke
dalam kesesatan.
Sebagai
sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan.membimbing umat manusia
ke jalan yang benar dan mendorongnya mengerjakan ibadat penuh ikhlas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar