Istiqomah di Jalan Dakwah

Sebagai seorang mukmin, tentunya tergetar hati kita ketika mendapatkan perintah dari Alloh SWT, ''Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lainnya. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat pada Alloh dan Rosul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Alloh dan sesungguhnya Alloh Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.'' (QS At-Taubah: 71). Inilah yang Alloh SWT perintahkan, bahwasanya kita memiliki kewajiban tuk terus berdakwah, mengajak dari jalan kebathilan menuju jalan kebenaran. Masalahnya disini, banyaknya aktivis2 dakwah yang kelelahan dalam mengemban amanah ini.. sehingga akhirnya pun, ia tak bisa istiqomah dan berguguranlah mereka2 itu di jalan dakwah. Na’udzubillah!!

Istiqomah sering kita artikan sebagai keteguhan hati atau konsisten. Meskipun tidak semua orang bisa bersikap istiqomah khususnya bagi para aktivis dakwah yang bukan berarti keistiqomahannya tak perlu di uji lagi. Padahal Alloh telah menjanjikan bagi hamba-Nya yang mampu beristiqomah, ”Sesungguhnya orang2 yang berkata, ”Tuhan kami adalah Alloh” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat turun pada mereka dengan berkata, ”Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan padamu.” (QS Fushshilat: 30)

Namun kenyataannya istiqomah tak semudah yang kita bayangkan, tak hanya kesholihan pribadi yang ternilai dari penampilan fisik saja maka ia bisa dikategorikan sebagai aktivis dakwah yang sudah istiqomah. Ingatlah, al-imanu yazid wa yanqus (iman itu naik-turun). Mungkin ada baiknya bagi para aktivis dakwah agar tetap bergerak, melaju, namun tetap stabil, tanpa goyah kalau menyadari dan meyakini apa tujuan dakwah kita, dan kita dengan setia mengarahkan diri kepadanya, sama halnya dengan mobil yang stabil terus melaju ke depan, tanpa terseot ke kanan-kiri.

Ibarat mobil yang stabil yang mampu melaju dengan cepat, begitu pula aktivis dakwah yang mencapai istiqamah tidak akan goyah, apalagi takut, oleh lajunya perubahan. Dia hidup dinamis, berjalan di atas kebenaran demi kebenaran, untuk sampai akhirnya kembali kepada Tuhan, Alloh SWT yang akan memberi kebahagiaan sejati sesuai janji di atas.

Lihatlah dalam peristiwa ketika Abu Thalib, paman Rasululloh SAW, diminta pembesar-pembesar Quraisy untuk membujuk Rasululloh SAW agar menghentikan aktivitas dakwahnya. Dengan tegas Rasululloh SAW menjawab, ''Wahai paman, demi Alloh, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan persoalan ini hingga Alloh memenangkan perkara ini atau aku mati karenanya, niscaya aku tidak meninggalkan persoalan ini. Dan demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian (memiliki dua pilihan, yaitu) benar-benar memerintah berbuat ma’ruf (amar ma'ruf) dan melarang berbuat munkar (nahi munkar), ataukah Alloh akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kalian. Kemudian setelah itu kalian berdoa, maka doa itu tidak akan dikabulkan.'' (HR Tirmidzi). 

“Wa laa tahinu, wa laa tahzanu, wa antumul a’aluna in kuntum mu’minin”, Itulah firman Alloh SWT dalam surat Ali Imran 139 untuk melipur lara para aktivis dakwah yang keistiqomahannya tengah di uji. Jangan merasa lemah, jangan sedih, sesungguhnya kalian adalah kaum yang tertinggi derajatnya, jika kalian beriman. Ya, jika kalian beriman. Jika syarat-syarat untuk “menjadi kaum yang tertinggi”-nya sudah dipenuhi.

Ingatlah bahwa dunia dakwah ini menuntut seseorang untuk kembali kepada dasar pelajaran Aqidah yang sudah di pelajari di awal perkenalannya dengan Islam: All of things you have done are only for Alloh. Semua kembali kepada Alloh SWT saja.

Dan jangan lupa, satu lagi perkara yang berperan besar dalam menjaga keistiqomahan aktivis dakwah yakni menjaga ukhuwah. Cobalah berikan perhatian pada saudara2 kita sesama aktivis dakwah lainnya, wajah cerah ketika bertemu, saling berkunjung sehingga kita tahu keadaan keluarganya, masalah yang sedang dihadapinya serta keadaan imannya. Saling nasihat menasihati baik diminta ataupun tidak, saling bertukar-tukar hadiah dan saling mendoakan doa rabithah. Bila itu semua telah kita tunaikan, akan menjadi tipislah kemungkinan untuk bergugurannya aktivis di jalan dakwah, insya Alloh. 

Tarbiyah memang bukanlah segala-galanya, namun segalanya-galanya bermula dari tarbiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar