Ada Tiga
Perkara yang membinasakan yaitu hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang
dipatuhi, dan seorang yang membanggakan dirinya sendiri (HR Ath Thabrani)
Kebencian membuat kita melupakan kebaikan
seseorang terhadap kita, menjadikan kita mengungkit kebaikan kita terhadapnya.
mengingati semua Kesalahannya, dan melupakan kesalahan kita kepadanya.
Kebencian membuat kita tidak peduli dengan
nasihat kebenaran, karena melihat darimana asalnya nasehat tersebut.
Kebencian Seperti ini mampu menggelapkan hati.
Kebencian kadangkala dibungkus dengan rasa tidak
suka, menggunjing, dan pada akhirnya menimbulkan fitnah…Kebencian Seperti ini
membuat seseorang mengadu domba sesama saudaranya.
Kebencian Juga, menahan kita untuk beramal
jariyah, menjadikan kita memasuki wilayah sifat kikir, karena melihat siapa
yang akan kita beri. Kebencian seperti ini, tanpa disadari menjadikan seseorang
patuh terhadap kekikiran.
Kebencian menjadikan seseorang berbangga Diri,
merasa lebih baik, merasa paling benar. Inilah yang menjadikan
seseorang merendahkan Orang lain. Kadangkala kebencian membungkus dirinya dalam “menganalisa”
kesalahan orang lain, yang berujung kepada membuka aib orang lain, bukannya
mengoreksi diri sendiri, tapi sibuk meneliti kesalahan orang lain.
Hati-hati dengan Kebencian, karena ia dapat
menimbulkan Hasud dalam diri, salah satu penyakit hati yang tidak suka
melihat seseorang mendapat kenikmatan, dan mengharapkan hilangnya Kenikmatan
tersebut dari seseorang. Karena hasud merupakan bentuk ingkar terhadap
takdir, dan menjadikan kita su’udzhon terhadap Allah, karena berharap
kenikmatan hilang dari seseorang. Hasud dapat Menghilangkan amal dan pahala
kita, maka hati-hatilah dengan kebencian.
Tiba-tiba kita menghujat seorang politikus yang
nyeleneh, tiba-tiba kita membenci perilaku seorang selebritis di Infotainment.
Kebencian, tidak pandang bulu, orang yang tidak kita kenal sekalipun dijadikan
rasa itu bermukim dihati padahal kalau dipikir-pikir, jika seseorang bersalah
dan kemudian hari dia bertobat dan Allah mengampuni segala dosanya, kemudian
menjadi orang yang bertakwa, lalu siapa kita ? yang sudah mengetukkan palu
kebencian atas seseorang yang tidak kita kenal dan ketahui nasib selanjutnya.
Kebencian membuat kita berbohong,
bermuka dua, salah satu tanda orang munafik. Padahal Allah mensejajarkan
orang munafik dengan orang kafir yang tempat kembalinya adalah neraka jahanam
(At taubah : 73), yang ketika meninggal, Allah melarang mensholatkannya, dan
menziarahi kuburnya (QS At Taubah : 84).
Kebencian, kadang merupakan sikap yang Sporadis
sekonyong-konyong datang, dan kita selalu berucap bahwa dengan rasa
Ikhlas, sabar akan mampu menghilangkannya namun tetaplah hati-hati karena
kebencian tetap saja menelusup kedalam relung-relung hati, dibisikkan oleh
setan laknatullah.
Karena itu, sering-seringlah menengok ke dalam
diri, menjaga fokus akan kesadaran diri agar tetap bermuhasabah, menjaga
muamalah dengan sesama saudara muslim. Jangan pernah bosan dalam
mengingatNYA, karena itu menjadi rambu bagi kita dalam upaya menghindari sikap
yang tidak terpuji.
Kebencian, kadang datang tanpa disadari lewat
perkataan, sikap dan perilaku, atas dasar inilah saya malu terhadap Allah.
“Janganlah kalian saling dengki, jangan
saling menipu, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jangan
kalian membeli suatu barang yang (akan) dibeli orang. Jadilah kamu sekalian hamba-hamba
Alloh yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya,
tidak layak untuk saling menzhalimi, berbohong kepadanya dan acuh kepadanya.
Taqwa itu ada disini (beliau sambil menunjuk dadanya 3 kali). Cukuplah
seseorang dikatakan jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Haram bagi
seorang muslim dari muslim yang lainnya, darahnya, hartanya, dan harga dirinya”
(HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar