Andai iblis secara terus terang menyeru manusia untuk melawan
Tuhannya, mungkin hanya sedikit saja orang yang “nekat” mengikutinya.
Namun iblis bermisi menyesatkan sebanyak mungkin manusia sejak
penciptaan pertama hingga yang terakhir kelak, maka iblis secara licik
menipu manusia dengan cara menyamarkan perbuatan-perbuatan maksiat,
sehingga perbuatan tersebut terlihat seolah baik di mata manusia.
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Iblis berkata: “Wahai Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang terpilih di antara mereka”.
[Qur-an Surah Al-'Hijr(15): 39-40]
Mari membuka hati, apakah “kesenangan” yang kita rasakan bukan tipu daya iblis?Kita tidak bisa beralasan “tidak tahu”, karena kita seringkali “tidak
mau tahu”, padahal Allah telah wajibkan setiap insan untuk mencari
ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar