Abu Bakar bernama lengkap Abdullah bin Abi Quhafah At-Taimy. Nama
kecilnya adalah Abdul Ka’bah. Gelar “Abu Bakar” diberikan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam setelah ia menikahkan Rasul dengan anak
gadisnya, ‘Aisya, dan karena cepatnya ia masuk Islam. “Ash- Shiddiq”
yang berarti “sangat membenarkan” adalah gelar yang diberikan kepadanya
lantaran ia segera membenarkan Rasul dalam berbagai peristiwa, terutama
peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Abu Bakar memiliki nama panggilan
“Atiq (sang tampan)”, lantaran wajahnya yang tampan dan cakap orangnya.
‘Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau berkulit putih, kurus,
tipis kedua pipinya, kecil pinggang (sehingga kainnya selalu turun dari
pinggangnya), wajah selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar,
tidak bisa bersahaja dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai inai
maupun katam.” Begitulah karakter phisiknya. Ada pun akhlaknya, beliau
terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki
ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi,
penyabar, memiliki azimah (kemauan keras), faqih, paling mengerti dengan
garis keturunan Arab dan berita-berita mereka, sangat bertawakal kepada
Allah dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara’ dan jauh dari
segala yang syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa
yang lebih baik di sisi ALLAH, serta lembut dan ramah, Quraisy yang
supel dalam bergaul, disukai dan diterima, seorang pebisnis, dan berbudi
pekerti yang baik, semoga ALLAH meridhainya.
Dakwah Abu Bakar
cukup efektif. Sejumlah sahabat masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar,
diantaranya: Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf,
Sa’ad bin Abi Waqqas dan Thalhah bin Ubaidillah.
Kekokohan
imannya terlihat ketika Madinah kelabu karena wafatnya Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Banyak manusia bersedih, bahkan Umar murka
dan tidak menerima kenyataan yang ada. Saat itu, Abu Bakar tampil
mengingatkan seluruh sahabat dengan satu khutbah yang terkenal:
“Ketahuilah!
Siapa yang menyembah Muhammad, maka ia telah wafat. Dan siapa yang
menyembah ALLAH, maka sesungguhnya ALLAH tidak mati!”
Keberanian Dakwah Abu Bakar.
Abu
Bakar adalah seorang lelaki merdeka dan hartawan besar yang pertama
sekali beriman (percaya) kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan
seruannya. Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda
tentangnya, “Aku tidak mengajak seseorang kepada Islam melainkan ada
maju mundurnya, kecuali Abu Bakar bin Abu Quhafah tidak keberatan
padanya dan tidak ada keraguan ketika aku mengajaknya masuk Islam.”
(Syirah Ibnu Hisyam).
Ketika jumlah Muslimin Mekkah masih sangat sedikit jumlahnya, Abu Bakar menunjukkan satu keberaniannya berdakwah.
Pada
suatu hari, Abu Bakar dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam serta
beberapa sahabat yang lain, bersama pergi ke masjid. Setelah mereka
duduk bersama-sama di masjid, Abu Bakar mohon izin kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk berdiri di tengah masjid dan berseru
kepada kaum musyrikin Quraisy agar mereka itu insyaf dan mengikuti
kepada seruan ALLAH dan Rasul-Nya. Di kala itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam menjawab, “Kita masih sedikit, hai sahabatku! Kita masih
sedikit, hai Abu Bakar!” Berkali-kali beliau menjawab demikian kepada
sahabat Abu Bakar. Tetapi tampak oleh beliau bahwa Abu bakar sangat
mendesak untuk mengerjakan keinginannya, berda’wah (berseru). Sebab itu,
kehendaknya yang sebaik itu terpaksa diizinkan oleh beliau.
Abu
Bakar lalu berdiri teguh ditengah-tengah masjid, lantas berkhutbah
dengan suara yang sekeras-kerasnya, berseru kepada kaum musyrikin
Quraisy supaya mengikut seruan ALLAH dan Utusan-Nya, Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sedangkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam saat itu tetap duduk bersama-sama dengan kaum Muslimin.
Setelah
seruan Abu Bakar terdengar oleh sebagian kaum musyrikin Quraisy, maka
sebentar kemudian mereka datang bersama-sama seraya mengerubuti Abu
Bakar. Mereka memukuli Abu Bakar dengan hebatnya. Oleh karena Abu Bakar
tidak kuat menolak dan menahan pukulan-pukulan mereka, maka jatuhlah ia.
Ketika Abu Bakar hendak melarikan diri, dengan segera ‘Utbah bin
Rabi’ah (seorang pemuka pemuda kaum Quraisy) menangkapnya dan
membantingnya sehingga jatuh lagi. Lalu dinjak-injaknya Abu Bakar dengan
terompahnya yang berpaku hingga hidung Abu bakar tak kelihatan.
Saat
itu juga, datang sekelompok orang dari keturunan keluarga Taimy yang
masih musyrik juga yang memang untuk menolong Abu Bakar. Mereka segera
mencegah musyrikin Qurisy untuk memukul Abu Bakar. Dan terlepaslah Abu
Bakar dari penganiayaan kaum musyrikin Quraisy yang sangat kejam. Lalu
Abu Bakar dibawa pulang oleh keturunan Taimy ke rumah Abu Quhafah, ayah
Abu Bakar. Mereka lalu kembali ke masjid mendapatkan kaum musyrikin
Quraisy yang telah memukuli Abu Bakar, dan diantaranya ada yang berkata,
“Demi ALLAH! Jika sekiranya Abu Bakar mati terbunuh olehmu, kami harus
membunuh ‘Utbah sebagai balasan kepadamu.”
Abu Bakar Khalifatur Rasul
Setelah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat, beberapa kerabat Rasul
berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib yang paling berhak menggantikan
sebagai khalifah. Namun sebagian kaum Anshar berkumpul di Balai
Pertemuan Bani Sa’idah. Mereka hendak mengangkat Sa’ad bin Ubadah
sebagai pemimpin umat. Ketegangan terjadi. Abu Bakar, Umar dan Abu
Ubaidah datang untuk mengingatkan. Perdebatan terjadi. Mereka
membicarakan siapakah yang sepatutnya yang menggantikan Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam memimpin kaum Muslimin dan mengurusi
persoalan umat. Setelah musyawarah dan mengajukan beberapa usulan,
tercapailah kesepakatan bulat bahwa khalifah pertama sesudah kematian
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah orang yang pernah
mengimami sholat kaum muslimin pada saat Rasulullah sakit, sahabat yang
terbesar dan pendamping di dalam gua Hira. Akhirnya Abu Ubaidah
(Muhajirin) dan Basyir bin Sa’ad (Anshar) membai’at Abu Bakar. Umar
menyusul membai’at. Demikian pula yang lainnya. Pertikaian pun selesai.
(abudzakira: “nasehati aku")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar